Category Archives: Artikel

Kanker Usus

6 Gejala Kanker Usus yang Harus Diketahui

05 Februari 2018

Kanker usus merupakan jenis kanker yang terbesar yang diidap pria di Indonesia. Sayangnya, tidak semua tahu mengenai gejala penyakit ini.

“Masyarakat mungkin merasa tidak nyaman ketika membicarakan sesuatu yang terjadi pada tubuhnya. Dan, tidak semua orang melakukan skrining, dan banyak yang takut melakukan skrining,” dokter penyakit dalam yang mendalami saluran pencernaan Brigham and Women’s Hospital, Amerika Serikat, Jennifer Inra.

Jangan salah, kanker usus bukan cuma menyerang mereka yang paruh baya saja. Dalam Journal of the National Cancer Institute, ada peningkatan stabil pada angka penderita kanker usus pada orang muda usia 20 sampai 30 tahun.

Berikut enam gejala yang perlu diperhatikan pada saat seseorang terkena kanker usus. Selengkapnya mengutip Today, Senin (5/2/2018).

  1. BAB berdarah

Salah satu tanda peringatan paling umum adalah pendarahan pada rektum seperti disampaikan tenaga medis di bidang onkologi Columbia University Mailman School of Public Health, Alfred Neugut. Bila buang air besar disertai darah, segera konsultasi ke dokter. Darah tersebut bisa berwarna merah terang atau gelap.

“Banyak orang tidak melihat feses usai BAB, padahal penting untuk melihatnya untuk tahu apa yang terjadi pada tubuh,” kata Inra ketika memberi tahu gejala paling sering kanker usus. Konsumsi sayuran untuk cegah kanker dan hidup yang lebih sehat.

  1. Kekurangan zat besi

Ketika terjadi pendarahan pada kanker usus menyebabkan hilangnya zat besi dari tubuh. Itu alasan kenapa penting rajin tes darah untuk mengetahui anemia atau tidak.

  1. Perut nyeri

Kehadiran tumor usus bisa menyebabkan rasa nyeri atau kram atau ketidaknyamanan lainnya pada perut seperti disampaikan Inra. Selain rasa nyeri, bisa juga mengalami mual dan muntah.

  1. Sembelit

Ketika ada masalah pada saluran pencernaan, bakal memengaruhi bentuk feses atau frekuensi BAB. “Jika BAB lebih tipis dari biasanya mungkin ada tumor di usus. Perhatikan juga perubahan lain misalnya sembelit,” kata Inra.

  1. Ingin BAB, tapi tidak bisa

Tanesmus adalah perasaan ingin mengosongkan perut, tapi saat ke belakang tidak ada feses yang dikeluarkan. Bila ini terjadi, kata Inra, bisa saja karena ada tumor di rektum.

  1. Berat badan turun tanpa alasan jelas

Penurunan berat badan selalu menjadi tanda pada kanker usus dan kanker lainnya. Kelihatannya sudah makan banyak, tatapi malah kurus seperti disampaikan National Cancer Institute.

 

Sumber: liputan6.com

 

Hari Kanker

Kanker Bukan Sebuah Akhir

05 Februari 2018

Banyak kemajuan telah dicapai dalam diagnosa dan perawatan kanker. Namun, statistik mengenai hal ini masih sangat mengecewakan. Kanker adalah penyebab utama nomor dua kematian di seluruh dunia, membunuh hampir sembilan juta orang setiap tahun, dengan sekitar 14 juta kasus baru didiagnosa.

Penyebab paling umum kematian terkait kanker adalah kanker paru-paru, hati, usus besar, perut, dan payudara. WHO melaporkan penggunaan tembakau adalah faktor risiko paling penting, diikuti alkohol, diet yang tidak sehat, dan kekurangan kegiatan fisik.

Pejabat WHO bidang pengendalian kanker Andre Ilbawi mengatakan sekitar 70 persen kematian terkait kanker terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, sementara jumlah kasus di negara-negara itu meningkat dalam laju yang cepat dan merisaukan.

Ia menyatakan bahwa ini menyebabkan keprihatinan, tetapi kepada kami ia mengatakan bahwa tindakan-tindakan sederhana dapat dilakukan bahkan di negara yang paling miskin untuk menangani masalah ini.

“Pertama dan paling penting, prioritas utama adalah mendiagnosa kanker secara dini. Ini adalah intervensi yang lebih signifikan daripada kemajuan teknologi dan obat-obatan mahal yang mungkin tidak terjangkau di negara-negara berpenghasilan rendah. Mengidentifikasi kanker secara dini adalah cara paling efektif untuk merawatnya dan dengan memberikan perawatan dasar, kita dapat menyelamatkan sejumlah besar pasien kanker dengan sumber daya yang minimal,” jelas Ilbawi.

Ilbawi menambahkan, tindakan-tindakan penting yang dapat dilakukan negara-negara berkembang mencakup meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kanker, deteksi dini melalui diagnosa yang lebih baik dalam layanan kesehatan primer dan akses ke perawatan yang terjangkau.

Organisasi Kesehatan Sedunia juga menekankan pentingnya gaya hidup yang sehat. Dikatakan, makan lebih banyak sayuran dan buah-buahan, gerak badan secara teratur, tidak menggunakan tembakau dan konsumsi alkohol secara moderat dapat menurunkan risiko kanker sampai sepertiga.

 

Sumber : VOAIndonesia.com

 

Kanker Otak

Gejala Kanker Otak yang Patut Anda Waspadai

31 Januari 2018

Kanker merupakan salah satu penyakit paling berbahaya didunia, kanker adalah satu dari beberapa penyakit yang paling membunuh, dan bahkan sebagian besar penderita kanker tak mampu bertahan.

Berbicara tentang penyakit kanker, kanker mempunyai banyak jenis, salah satunya yaitu kanker otak. Kanker otak memang terdengar sangat mengerikan sekali, namun banyak orang yang tak sadar akan bahaya serta gejala kanker otak, terutama wanita. Kanker otak sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu tumor primer dan tumor skunder.

Tumor primer yaitu tumor pada otak yang jarang menyebar, sedangkan tumor sekunder merupakan tumor yang dimulai dari bagian tubuh lainnya seperti paru-paru yang kemudian menyebar hingga ke otak.

Untuk menjaga kewaspadaan akan bahaya kanker otak. kita harus tahu akan gejala kanker otak sehingga kita lebih cepat dapat menanganinya. Berikut Gejala Kanker Otak Pada Pria Yang Wajib Anda Ketahui.

  1. Sakit kelapa parah

Sakit kepala memang menjadi tanda atau gejala dari beberapa penyakit. Sakit kepala sering dianggap sepele, karena merupakan salah satu penyakit umum dan kategori penyakit ringan. Namun jika anda meraskaan sakit kepala parah, anda wajib waspada, karena bisa jadi itu adalah kanker otak. Sakit kepala karena kanker otak, terjadi sangat parah dan tak tertahankan, dan akan terjadi berkali-kali dalam waktu yang lama serta diiringi dengan rasa mual dan muntah.

  1. Mual dan muntah yang tak terkendali

Seperti yang telah disebutkan pada point pertama, bahkan kanker otak akan menyebabkan sakit kepala parah serta mual dan muntah. Mual muntah memang hal yang biasa terjadi, namun jika hal ini tejadi hingga tak tertahan anda wajib waspada, terlebih jika usia anda diatas 40 tahun, segeralah pergi ke dokter.

 

Baca Juga : Kanker Payudara Juga Bisa Menyerang Pria. Kenali Gejalanya

 

  1. Sering bingung dan pikiran kabur

Ketika pikiran blang, kabur dan mudah bingung terjadi saat kita lelah dan banyak masalah, mungkin hal tersebut adalaha hal yang wajar, namun jika hal tersebut terjadi berkali-kali bahkan dalam keadaan biasa-biasa saja, anda wajib pergi ke dokter, karena bisa jadi hal tersebut dikarenakan kanker otak yang sangat mematikan.

  1. Kehilangan kendali otot dan ceroboh

Otak merupaka jaringan atau bagian tubuh yang mengendalikan semua fungsi tubuh. Nah ketika otak bermasalah seperti terserang kanker otak, tentu hal ini juga akan berdamapak pada anggota tubuh seperti kehilangan kendali otot. Hal ini sering terjadi seperti anda terlepas saat memenggan sesuatu seperti gelas dan lain sebagainya.

  1. Membuat pengelihatan bermasalah

Tidak hanya menyebabkan sakit kepala luar biasa, kanker otak juga akan mengganggu pengelihatan. Kanker otak akan menganggu sistem pengeliatan sehingga pengelihatan anda akan menjadi kabur dan tidak jelas.

  1. Kejang

Kejang juga merupakan salah satu dari gejala kanker otak. Kejang ini dikarenakan ada gangguan pada otak. Umumnya sel kanker akan menekan sel otak yang akan menyebabkan aliran listrik yang kemudia membuat orang menjadi kejang.

Demikianlah informasi tentang Gejala Kanker Otak Pada Pria Yang Wajib Anda Ketahui. Jangan anggap remeh gejala-gejala diatas, jika anda mengalami gejala diatas, baiknya segera pergi ke dokter. Semoga informasi diatas bermanfaat. Terimakasih.

 

Kanker Payudara

Kanker Payudara Juga Bisa Menyerang Pria. Kenali Gejalanya

Kanker payudara sering dianggap sebagai penyakit yang hanya menyerang wanita, padahal pria juga bisa mengidap kanker tersebut. Kanker dapat berkembang pada jaringan payudara kecil pria, tepatnya di belakang puting. Ya, kanker dapat berkembang pada jaringan payudara apapun, baik berukuran besar, atau pun kecil pada pria.

Salah satu gejala awal yang paling mudah ditemukan adalah terdapat benjolan keras, dan terasa sakit pada salah satu bagian payudara. Itu diungkapkan oleh dokter spesialis bedah konsultan bedah onkologi, dr. M. Yadi Permana, Sp. B (K) Onk.

“Pada dasarnya gejala kanker payudara pada pria, lebih mudah ditemukan dibandingkan dengan wanita. Namun para pria lebih terkesan cuek dan menganggap tabu, sehingga jarang melakukan pemeriksaan,” ucapnya saat dalam acara Serba Serbi Kanker Payudara di Jakarta Selatan, Senin, 29 Januari 2018.

Baca Juga : Kurangi Resiko Kanker Dengan Menjaga Berat Badan Ideal

Gejala awal kanker payudara pada pria pun sama dengan pada wanita. “Gejalanya sama seperti terdapat benjolan keras pada dada, benjolan tersebut tidak bergerak, kulit pada area payudara berubah warna kemerahan, berubah tekstur kulit seperti kulit jeruk, bahkan keluar cairan dari payudara,” ucapnya.

Dokter Yadi juga mengatakan, kanker payudara bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari faktor genetik atau keturunan, hingga pola hidup tak sehat seperti merokok dan minum minuman keras. Jika sudah terdapat tanda-tanda seperti di atas, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan dengan cara USG payudara dan Mammografi.

Sumber : Viva.co.id

berat badan ideal

Kurangi Resiko Kanker Dengan Menjaga Berat Badan Ideal

Mengingat kanker dapat menyerang siapa saja, dan jumlah orang yang terpapar kanker terus bertambah setiap tahun, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengimbau agar kita semua bisa mencegah penyakit ini dengan menerapkan tiga komponen utama hidup sehat.

Pertama, menjaga berat badan ideal. Ketua YKI, Prof DR dr Aru Wisaksono Sudoyo SpPD KHOM mengatakan kita tidak harus memaksakan diri untuk menurunkan berat badan jika memang tidak mampu.Kalau badan sudah gemuk dan merasa tidak sanggup untuk menurunkannya, coba untuk tetap mempertahankan berat badan tersebut.

Baca Juga : 8 Makanan ini Dapat Mengurangi Risiko Kanker Payudara

“Mempertahankan dalam arti, jangan sampai berat itu naik lagi,” kata Aru dalam sebuah diskusi Kita Bisa, Aku Bisa: Waspadai Mitos Kanker di kawasan Senayan pada Jumat, 26 Januari 2018.  Beda Benjolan Tumor dan Kanker di Payudara. Pertahankan berat badan yang ada dengan mengontrol asupan makan sehari-hari. Dari kebiasaan itu, lambat laun berat badan akan turun dengan sendirinya tanpa orang itu sadari.

“Kalau kita bilang turunkan berat badan, pasti yang dibayangkan susahnya saja. Dengan seperti ini, mereka tidak sadar saja kalau itu membantu menurunkan berat badannya,” kata Aru menambahkan. Selain mengatur pola makan sehat, lanjut Aru, berat badan bisa tetap ideal jika diimbangi dengan olahraga teratur.

Menurut Aru, jika Anda mengikuti panduan ini, risiko terkena kanker bisa turun sampai 35 persen atau bahkan 50 persen pada kanker tertentu. Penurunan risiko ini bahkan bisa lebih besar jika Anda tidak minum alkohol dan tidak merokok. Aru menambahkan, dari hasil sebuah riset yang ditemukan Union for International Cancer Control (UICC), menunjukkan, pasien kanker payudara dapat mengurangi risiko terjangkit kembali sampai 40 persen dengan rutin melakukan aktivitas fisik.

Tidak perlu berat, yang ringan saja merupakan cara menyenangkan yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kanker.

Sumber : Liputan6.com

 

Kanker Serviks

Tekan Angka Kanker Serviks dengan Vaksin HPV

Senin, 22 Januari 2018 – 09:44 WIB

Dalam setiap satu jam, 1 sampai  2 perempuan meninggal karena kanker serviks. Vaksin HPV bisa menjadi solusi menekan angka kasus kanker mematikan tersebut. Sayangnya, di Indonesia program vaksin ini belum optimal.

Selama ini pemeriksaan IVA atau pap smear dianggap sebagai upaya skrining atau deteksi dini kanker serviks yang efektif. Namun pada kenyataannya, skrining atau deteksi dini kanker serviks dengan tes pap smear dan IVA tidak dapat mencegah kanker serviks menyerang kaum hawa.

Terlebih, sekarang ini cakupan deteksi dini kanker serviks baru 11%, yaitu 4% dengan IVA dan 9% dengan pap smear. Jadi, jika mengandalkan dua tes tersebut, sulit untuk menurunkan insiden kanker serviks.

“Satu-satunya cara mencegah kanker serviks menggerogoti tubuh adalah dengan menjalani vaksin HPV,” ujar Prof dr Andrijono SpOG(K), Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), dalam diskusi bertema “Mendorong Vaksin Human Pappiloma Virus (HPV) sebagai Program Vaksinasi Nasional di Jakarta” pada Jumat (19/1/2018).
Baca Juga : Benjolan Pada Tempat Tertentu Ini Bisa Menandakan Hal Buruk Lho, Apa Saja ?

Data di RSCM/FKUI menunjukkan, untuk setiap 1.000 perempuan yang menjalani skrining kanker serviks, 1,3 pasien positif kanker serviks. Jika diperluas ke seluruh Indonesia, dengan melihat komposisi jumlah penduduk perempuan, diperkirakan ada 70.000 penderita kanker serviks di Indonesia. Problem klasik di Indonesia, kanker serviks kebanyakan terdeteksi di stadium lanjut, di mana 94% akan meninggal dalam dua tahun.

Setiap satu jam, 1-2 perempuan meninggal karena kanker serviks. Selain proresivitas penyakit, daftar tunggu pengobatan yang sangat panjang, terutama di daerah, juga meningkatkan angka kematian. Vaksinasi HPV untuk mencegah kanker serviks belum menjadi program nasional. Baru sebagian kecil wilayah yang sudah melakukan, yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya.

Di negara-negara yang sudah menjalankan program vaksin HPV secara nasional, kejadian kanker serviks secara signifikan turun. Sebut saja di Australia turun 50% setelah menjalankan program ini selama 10 tahun. Bahkan, di Kanada dan Swedia, angka kejadian kanker serviks turun 80%-84%.

Irma Chaniago, anggota Komisi IX DPR-RI Komisi IX, sangat aktif mendorong agar vaksin HPV dijadikan program nasional. Menurutnya, tahun 2015, Komisi IX mengadakan rapat dengar pendapat dengan Menteri Kesehatan Nila Moeloek. Dari pertemuan itu, Komisi IX sudah mengusulkan perlunya vaksinasi HPV untuk menjadi program nasional, di mana semua fraksi setuju.

“Biaya untuk program nasional tidaklah sebanding dengan dampak penyakit yang ditimbulkan,” ujar Irma. Komisi IX melihat program kesehatan Kemenkes tidak ada perubahan dari tahun ke tahun. Perlu dibuat terobosan program, antara lain memulai program vaksinasi HPV.

Pilot project yang sudah dilakukan di tiga kota, yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, perlu diperluas ke wilayah lain. “Setelah 2019, diharapkan vaksin HPV sudah menjadi program nasional,” tandasnya. Menurutnya, hal ini juga mendesak untuk dilakukan.

Sebab, keadaan di daerah rata-rata belum memiliki alat kemoterapi, bahkan rumah sakit regional rujukan tidak memiliki fasilitas kemoterapi. Ditambah, sosialisasi kanker serviks tidak sekuat program Kemenkes lain.

Irma menilai pemerintah belum menjadikan vaksinasi HPV sebagai prioritas karena beranggapan bahwa kanker serviks bukan wabah. Adapun pilot project vaksin HPV yang sudah dijalankan saat ini yaitu menggunakan vaksin quadrivalen. Dari pilot project yang sudah dilakukan, tidak ditemukan keluhan efek samping.

Proses terjadinya kanker serviks diawali dengan infeksi HPV. Masalahnya, infeksi HPV tidak menimbulkan gejala. Data Litbangkes Kemenkes menunjukkan bahwa insiden infeksi HPV di Indonesia mencapai 5,2% atau ada satu kasus per 20 orang. HPV akan memenetrasi sel-sel serviks.

Kabar baiknya, 70-80 persen infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya jika daya tahan tubuh bagus. Hanya 4%-5% infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker. Perjalanan setelah infeksi adalah lesi prakanker dan kanker. Pap smear dan IVA umumnya menemukan kelainan di tahap prakanker.

Sumber : Sindonews.com

Limfoma Hodgkin

Benjolan Pada Tempat Tertentu Ini Bisa Menandakan Hal Buruk Lho, Apa Saja ?

 

Jakarta, Mendeteksi kanker sejak dini merupakan hal yang sangat diperlukan agar sel kanker tidak sampai menyebar. Tetapi tidak semua kanker mudah terdeteksi secara dini, sehingga deteksi lanjutan pun sangat diperlukan.

Namun, ada jenis kanker yang bisa dideteksi sangat dini, yaitu kanker limfoma hodgkin. Kanker ini adalah sel kanker yang menyerang sistem kelenjar getah bening yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.

“Leher, ketiak, dan pangkal paha umumnya dijadikan lokasi pemeriksaan apakah terdapat benjolan atau tidak di daerah tersebut. Jika ada benjolan bisa dijadikan tanda gejala kanker hodgkin,” jelas Prof Dr dr Arry H Reksodiputro, SpPD-KHOM saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (17/1/2018).

Baca Juga : Tes Darah Pada Kanker Prostat Bisa Mencegah 70 Persen Biopsi

Penyakit ini dapat menyerang siapa saja yang mayoritas pengidapnya berusia remaja dan dewasa. Banyak usia pasien yang ditemukan di rentang usia 15-30 tahun. Penyakit ini juga lebih banyak ditemui pada pria dengan persentase 60 persen dibandingkan wanita yang hanya memiliki persentase 40 persen.

“Banyak masyarakat tidak mengenal gejala dan risiko dari penyakit kanker limfoma hodgkin sehingga datang ke dokter jika kankernya sudah menyebar,” tutur Prof Arry selaku Ketua Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik (PERHOMPEDIN).

Selain adanya benjolan pada kelenjar getah bening yang ditemui di daerah leher, ketiak, dan pangkal paha, gejala lain yang termasuk adalah demam atau meriang, berkeringat di malam hari, penurunan berat badan hingga sebesar sepuluh persen atau lebih tanpa penyebab yang jelas, kelelahan yang berlebihan, kehilangan nafsu makan, hingga pembesaran limpa atau hati.

Prof Arry juga menegaskan agar tidak meremehkan benjolan yang terdapat pada tubuh meskipun ukurannya kecil. Bila mendapati hal itu segera konsultasikan dengan dokter.

Kulit Jeruk

Kulit Jeruk Ternyata Banyak Manfaatnya, Apa Saja ?

buah-buahan seperti lemon, jeruk keprok dan segala jenis jeruk lainnya memang mengandung nutrisi yang membantu Anda bebas kanker dan memiliki aroma yang harum.

Namun, kulit jeruk ternyata juga memiliki manfaat yang lainnya. Jadi, jika Anda membuang kulit jeruk yang sedang Anda nikmati, itu sama saja Anda membuang-buang uang Anda.

Menurut Southern Living, kulit jeruk ternyata memiliki kandungan pewangi yang tinggi. Anda cukup mencampurkan air, minyak, cuka atau alkohol dengan aroma jeruk.

Jika Anda ingin mencampur aroma jeruk dengan minyak atau cuka, cukup letakan campuran kulit jeruk dan minyak atau cuka ini pada botol atau wadah. Lalu, tutuplah campuran tersebut dan letakkan di tempat yang sejuk dan gelap selama 1-2 minggu.

Mencampur kulit jeruk ke dalam air dan menyimpannya di kulkas selama satu malam memiliki manfaat yang sama.

Anda juga bisa menggunakan kulit jeruk Anda sebagai pengharum udara. Caranya, Anda bisa mengeringkan kulit jeruk ini dengan dehidrator atau menggunakan oven dan menyettingnya pada suhu terendah selama 20 menit.

Kemudian, Anda bisa meletakkan kulit jeruk yang telah kering tersebut ke dalam wadah kecil atau stocking untuk mengharumkan ruangan Anda untuk menghilangkan bau tak sedap pada ruangan.

Cara berikutnya, Anda bisa menyimpan 6-8 buah kulit jeruk untuk membuat oleo-saccharum atau ramuan beraroma yang ditemukan dalam banyak resep koktail.

Anda cukup mencampurkan kulit jeruk ini dalam mangkuk gula selama beberapa jam. Setelah itu, Anda bisa menikmatinya.

Sumber : NationalGeographic.co.id

 

Survive Kanker

Keluarga Ini Mengidap Jenis Kanker yang Sama Pada 3 Generasi

Pat Boughen (83) dari Yorkshire, Inggris, menderita jenis kanker yang sama dengan anak dan cucunya. Namun, penyebab utamanya bukanlah faktor keturunan. Ibu dan anak asal Inggris ini sama-sama mengidap kanker hanya dengan jarak waktu lima tahun. Kondisi semakin parah ketika generasi ketiga mereka juga didiagnosis dengan jenis penyakit yang sama.

Joanne Moss didiagnosis kanker Non-Hodgkin Lymphoma pada Mei 2010 saat ia berusia 42 tahun. Setelah enam tahun perawatan, ia dinyatakan sembuh. Sayangnya, beberapa bulan setelah kanker Joanne dinyatakan hilang, putrinya, Jessica, mengalami bengkak di leher yang diketahui merupakan Hodgkin’s Lymphoma – jenis kanker yang sama.

Beruntung setelah melakukan operasi untuk mengangkat tumornya serta kemoterapi, kanker Jessica sembuh. Mahasiswi kedokteran mata ini, terpaksa menunda studinya selama setahun untuk menjalani terapi yang melelahkan. Joanne dan Jessica merasa mereka sudah bisa tenang sekarang, tapi takdir berkata lain. September tahun lalu, ibu Joanne, Pat Boughen yang berusia 83 tahun, didiagnosis Hodgkin’s Lymphoma juga.

Keluarga ini mengatakan, mereka tidak memahami nasib buruk yang menaunginya. Mereka tidak hanya melewati satu trauma, tapi tiga kali. Kenyataan bahwa tiga generasi ini mengidap jenis kanker yang sama, sangat membingungkan. Lebih menariknya lagi, tidak ada pengaruh faktor keturunan sama sekali. Ini semacam ‘undian yang kejam’.

Baca Juga: Tanaman ini Mampu Bunuh 98% Sel Kanker Hanya dalam 16 Jam

Menolak menyerah

Keluarga ini berjanji tidak akan menyerah dengan keadaan dan semakin bersemangat melakukan kampanye mengenai kanker. Joanne, yang saat ini tinggal di Washingborough, Inggris, mengatakan: “Ketika Jessica didiagnosis penyakit ini, saya menerapkan ‘mode praktis’. Saya mengambil alih dan memfokuskan diri pada kebutuhannya. Saya mencatat jadwal pengobatan sambil merawatnya,” paparnya.

Namun, Joanne mengatakan, ia menjadi sangat resah dan emosional ketika mendengar ibunya mengidap penyakit yang sama.

“Ketika dokter mengabarkan, saya gemetar dan shock. Saya sangat terguncang. Perlu beberapa minggu sebelum benar-benar bisa menghadapinya. Masih tidak percaya penyakit ini menghampiri keluarga kami lagi,” cerita Joanne.

“Setiap kami berpikir berhasil melewatinya, kanker datang lagi. Dua kali saja sudah menakutkan, apalagi tiga kali. Tidak bisa dipercaya,” ujarnya.

 Mendekatkan keluarga

Jessica yang saat ini berusia 21 tahun, sering menemani neneknya berobat. Ia mengatakan, akan berusaha membuat neneknya tetap kuat. “Terkadang, saya masih merasa shock. Jika sudah begitu, saya akan menggenggam tangan Nana (panggilan Jessica untuk neneknya), dan itu sangat menenangkan,” katanya.

Saat ini, Pat masih menjalankan kemoterapi. Tumor di lehernya sudah hilang dan perawatannya diperkirakan akan selesai pada Maret. “Kalian pasti berpikir ini tidak wajar. Beberapa ada yang kasihan kepada kami karena tiga generasi mengidap penyakit yang sama. Namun, musibah ini juga mendekatkan keluarga kami,” cerita Jessica.

Sumber: NationalGeoGraphic.co.id

Difteri

Apa itu Difteri ? apa saja Gejalanya ? Mari cek dibawah ini !

Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Beberapa gejalanya bila kita terkena difteri adalah sakit 0.tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan pada amandel dan tenggorokan. Dalam kasus yang sudah lanjut, infeksi dapat menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf. Infeksi kulit juga ditemukan pada beberapa pasien. Racun yang dihasilkan oleh Corynebacterium dapat berbahaya bila tersebar ke bagian tubuh yang lain.

Kasus difteri banyak ditemui di negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana kesadaran akan pentingnya vaksinasi masih rendah. Difteri dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko.

Tanda dan gejala

Walaupun gejala yang paling mudah terlihat adalah pada mulut dan tenggorokan, namun difteri juga dapat dikenali dari beberapa tanda berikut:

  • tenggorokan seperti dilapisi selaput tebal keabu-abuan
  • radang tenggorokan dan suara menjadi serak
  • pembengkakan pada kelenjar leher
  • masalah pernapasan dan kesulitan menelan
  • hidung berlendir
  • demam dan menggigil
  • batuk
  • perasaan tidak nyaman
  • gangguan penglihatan
  • bicara yang melantur
  • kulit pucat, berkeringat dan jantung berdebar.

Anda harus menghubungi dokter bila gejala di atas muncul setelah Anda atau keluarga melakukan kontak dengan orang yang sudah dinyatakan terkena difteri. Namun, walaupun tidak terjadi kontak, kemungkinan penularan juga dapat terjadi melalui udara atau benda di sekitar kita yang sudah terkontaminasi.

Pemicu difteri

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang dapat terkena difteri, yaitu:

  • lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat
  • belum mendapat vaksinasi difteri terbaru
  • memiliki gangguan sistem imun, seperti AIDS
  • memiliki sistem imun lemah

Diagnosa dokter

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa adanya pembengkakan pada kelenjar limfa. Apabila dokter melihat lapisan abu-abu pada tenggorokan dan amandel Anda, dokter dapat menduga Anda memiliki difteri. Dokter juga dapat menanyakan sejarah medis serta gejala yang Anda alami.

Guna pemeriksaan yang lebih pasti, dokter dapat melakukan biopsi terhadap sampel jaringan yang diduga terpapar dan memeriksakannya ke laboratorium. Hasil dari laboratorium ini lah yang kemudian dapat digunakan secara pasti bagi dokter untuk menentukan apakah kita terkenda difteri atau tidak – walaupun memiliki gejala di atas.

Bila kita divonis terpapar diferi, dokter akan segera menangani penyakit ini, karena difteri adalah kondisi yang sangat serius. Pertama, dokter akan memberi suntikan antitoksin, untuk melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri.

Pada kondisi tertentu, dokter akan menganjurkan pasien untuk dirawat inap agar dapat diobservasi dengan lebih baik.

Baca Juga : Musim Hujan Tiba Seiring dengan Penyakit Langganan, Apa Saja Penyakitnya Itu ?

Apa yang sebaiknya dilakukan bila terkena difteri?

Berikut adalah yang perlu Anda lakukan saat terkena difteri:

  • Istirahat total di rumah dan batasi aktivitas fisik hingga sembuh total.
  • Hindari kontak dengan orang lain agar tidak turut menyebarkan difteri. Bila perlu, berlakukan isolasi ketat.

Bila kita mengabaikan penyakit ini, komplikasi dapat terjadi dan tingkat bahaya akan semakin naik. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi? Berikut ini kami paparkan:

  • tertutupnya saluran napas oleh selaput
  • kerusakan pada otot jantung (miokarditis)
  • kerusakan pada saraf (polineuropati)
  • kelumpuhan
  • infeksi paru (gagal napas atau pneumonia)

Lebih lanjut, difteri dapat merenggut nyawa. Bahkan walaupun telah mendapatkan pengobatan, 1 dari 10 penderita difteri meninggal dunia. Namun, jika tidak segera diobati, jumlah kematian meningkat menjadi 1:2.

Cara terbaik mencegah difteri adalah dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin difteri biasanya diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis), sebanyak lima kali semenjak bayi berusia 2 bulan. Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.

Untuk anak usia di atas 7 tahun diberikan vaksinasi Td atau Tdap. Vaksin Td/Tdap akan melindungi terhadap tetanus, difteri, dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali. Ini juga termasuk untuk orang dewasa.

Perilaku pencegah Difteri

Walaupun dapat ditangani oleh dokter dan tenaga medis, namun akan jauh lebih baik bila kita berperilaku sehat dan mencegah datangnya difteri. Tidak sulit, beberapa langkah dapat kita lakukan sendiri:

  • biasakan mencuci tangan agar segala penyakit dapat dicegah dari benda-benda terpapar yang kita sentuh
  • konsumsi makan kaya vitamin dan mineral agar kekebalan tubuh meningkat
  • konsumsi makanan dengan kandungan asam lemak. Tidak hanya berperan dalam perkembangan otak, asam lemak juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh
  • lakukan imunisasi DPT dan beberapa imunisasi dasar untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk difteri

Sumber: Nationageographic.com

Copyrights © 2017 - 2024 Jamu Heritage. All Rights Reserved.