Monthly Archives: February 2018

kanker usus (1)

Kanker Usus Besar Ternyata….

Minggu, 25/02/2018 09:11 WIB

Kanker kolorektal atau usus besar adalah kanker yang bermula di usus atau rektum, merupakan penyebab kematian akibat kanker kedua tertinggi di Indonesia dan ketiga tertinggi di dunia, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Menurut Fight CRC, sebuah organisasi di Amerika Serikat yang beradvokasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini kanker usus besar melalui skrining, sekitar 135 ribu kasus kanker usus besar terdiagnosa di tahun 2017 di Amerika dan 60 persen dari kasus tersebut seharusnya dapat dihindari melalui skrining.

“Banyak para survivor berkata, ‘Skrining itu sangatlah mudah ketimbang harus melawan kanker kolorektal’,” kata Anjee Davis, Presiden Fight CRC, seperti yang dikutip dari people.com.

Davis juga menuturkan bahwa penting untuk mengetahui dalam stage awal saat kanker lebih mudah untuk ditangani. Karena gejala-gejalanya dapat lebih mudah diabaikan, bisa jadi penyakit diam-diam pada awalnya.

“Studi menunjukkan adanya peningkatan kasus yang secara menerus pada mereka yang berumur kurang dari 50 tahun. Sehingga jangan abaikan gejalanya dengan menyebutnya hanya stres atau berasumsi itu wasir. Dan juga jangan menunda untuk mengunjungi dokter Anda,” jelas Davis.

Bagi orang berusia 50 tahun ke atas dan belum menjalani skrining, hal yang paling utama harus dilakukan adalah skrining, lanjutnya. Karena direkomendasikan oleh dokter, lakukanlah kolonoskopi atau tes rawat jalan.

Dr Richard Goldberg, direktur Institut Kanker West Virginia University, memberatkan pada pertanyaan yang sering ditanyakan mengenai kanker yang mematikan ini.

“Kesalahpahaman yang paling umum adalah orang cenderung berpikir bahwa (kolonoskopi) akan sakit, namun dengan infus anestesi, orang akan tidur selama prosesnya dan bahkan tak mengetahui prosesnya,” kata Dr Goldberg.

Ia menambahkan, siapapun yang memiliki riwayat keluarga terkena kanker usus besar harus memulai skrining 10 tahun sebelum anggota keluarga termuda yang pernah terjangkit.

Pasien dengan penyakit radang usus (misalnya Crohn atau ulcerative colitis) atau kelainan genetik tertentu (misal Sindrom Lynch atau Familial Adenomatous Polyposis) harus dites lebih dini.

“Tanda-tanda bahaya untuk kanker usus adalah ada darah di feses, feses berwarna hitam dan menumpuk, sakit saat buang air besar dan perubahan kebiasaan BAB. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, segera hubungi dokter Anda,” anjuran Dr Goldberg.

 

Sumber : detik.com

bahayanya duduk

Terlalu Sering Duduk Bisa Meningkatkan Risiko 9 Jenis Kanker

Siapa sangka terlalu banyak duduk ternyata berkaitan dengan kanker. Menurut ahli, duduk selama berjam-jam berkaitan dengan lebih dari sembilan jenis kanker.  Charles E. Matthews, seorang ahli epidemiologi di National Cancer Institute, memperingatkan bahwa kita butuh aktivitas fisik lebih banyak dari yang kita pikirkan, tapi yang terpenting adalah kita harus mengurangi duduk.

Baca Juga : 10 Kebiasaan Buruk Sehari-Hari yang Dapat Berbahaya

Dia mengatakan bahwa hanya satu jam saja duduk menonton televisi sehari, bahkan bisa membuat Anda yang sudah sangat aktif bergerak bertambah tinggi risikonya terkena tidak hanya kanker payudara dan usus besar, tapi juga sembilan jenis kanker lainnya seperti kanker paru dan leher atau kepala. Membagikan riset barunya pada sebuah konferensi, Matthews mengatakan mengganti hobi menonton Anda dengan berjalan cepat atau melakukan pekerjaan rumah bisa mengubah risiko ini.

“Menonton TV merupakan kompetitor besar terhadap aktivitas di luar rumah dan menjadi lebih aktif,” ujar Matthews kepada American Association dalam konferensi Peningkatan Ilmu Pengetahuan di Texas, Amerika Serikat, seperti dikutip Daily Mail.

Matthews melanjutkan, pikirkanlah aktivitas ringan dan perilaku sedentari yang bisa diganti satu sama lain. Inilah di mana aktivitas ringan seperti berjalan singkat atau melakukan banyak hal di rumah bisa membantu. Apapun selain duduk saja bisa lebih baik.

Panduan fisik terbaru bagi warga Amerika yang diterbitkan tahun 2008 merekomendasikan untuk menghindari kemalasan, ditambah dengan hingga 5 jam seminggu aktivitas ringan dan hingga 2,5 jam seminggu aktivitas berat yang dilakukan merata sepanjang pekan.

Menurut National Institute of Health, selain menjaga tubuh tetap ramping, olahraga itu bisa menurunkan risiko kematian akibat semua faktor.

Perilaku sedentari atau malas bergerak memiliki hubungan yang erat dengan kematian dini akibat penyakit jantung, stroke, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, penyakit otak, masalah pernapasan, dan kanker.

Melakukan aktivitas fisik minimal, 7,5 jam per minggu, mengurangi risiko kematian hingga 20 persen dalam sebuah studi baru-baru ini.

Sumber :Viva.co.id

 

kanker pada anak

Kenali Gejala Kanker yang Umum Menyerang Anak

16/02/2018

 

Bertepatan dengan Hari Kanker Anak Sedunia yang jatuh pada Kamis (15/2/2018), Abdul Kadir, Direktur Utama Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais, meminta para orangtua untuk lebih waspada terhadap potensi kanker pada anak.

“Kanker ini tidak hanya menyerang dewasa, justru banyak pada anak-anak,” kata Kadir dalam acara peringatan Hari Kanker Anak Internasional di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta.

“Anak-anak di sini yang umurnya di bawah 18 tahun. Dari tahun ke tahun anak-anak yang menderita kanker meningkat. Dari seluruh pasien kanker di dunia, lebih dari dua persennya  adalah anak-anak,” imbuhnya.

Baca Juga: 10 Kebiasaan Buruk Sehari-Hari yang Dapat Berbahaya

Kadir menyebut, terdapat enam jenis kanker yang umum menyerang anak-anak, yaitu leukimia, retinoblastoma, neuroblastoma, limfoma malignum, osteosarcoma, dan karsinoma nasofaring.

Orangtua hendaknya mengenali gejala dari keenam kanker tersebut supaya  anak mendapatkan penanganan yang lebih tepat.

Haridini Intan, Kepala Instalasi Anak RS Kanker Dharmais menjelaskan, retinoblastoma merupakan kanker yang paling mudah dikenali cirinya.

Ketika anak berumur 1-5 tahun, tanda kanker mata mulai tampak. Orangtua patut curiga jika anak mengalami kornea membengkak, mata juling, dan jaringan bola mata meradang.

Gejala lain yang dikatakan Haridini yakni anak mulai kabur pandangannya, dan manik mata berubah putih yang seharusnya hitam.

“Sebenarnya kalau untuk anak, deteksi dini kanker bisa diketahui bersamaan waktu imunisasi atau saat memandikan mereka. Orang tua melihat apakah ada benjolan di tubuh,” ujar Haridini.

Sedangkan untuk leukimia, orangtua harus mulai memerhatikan kondisi anak yang sering demam, pucat, lesu, dan kerap terjadi perdarahan tiba-tiba misalnya mimisan. Jika dibiarkan, imunitas anak menurun dan berdampak pada penanganan yang terlambat.

Selanjutnya, orangtua patut mengenali benjolan-benjolan yang terdapat pada tubuh anak.

Apabila sewaktu-waktu melihat ada benjolan membesar di perut anak, kemungkinan anak terserang kanker saraf. Apalagi jika daerah sekitar mata menampilkan warna kebiruan pada kulit.

Gejala yang bisa dilihat dari kanker kelenjar getah bening yakni jika anak memiliki benjolan lebih dari dua sentimeter pada titik-titik yang lunak di tubuh seperti ketiak.

Baca Juga : Kanker Bukan Sebuah Akhir

Benjolan tanda kanker getah bening terus membesar namun tidak menimbulkan rasa nyeri. Tanda lainnya adalah anak juga menjadi mudah lesu, sesak napas, demam, dan tidak bersemangat beraktivitas.

Berikutnya, kanker tulang pada anak dicirikan dengan pegal-pegal yang tidak kunjung berkurang setelah anak beraktivitas.

Tulang menjadi nyeri  sehingga area sekitarnya memerah dan menghangat. Anak tiba-tiba mengalami patah tulang padahal tidak terkena benturan atau apapun.

Mimisan, hidung tersumbat, telinga berdengung, getah bening di leher membesar, dan gangguan pada telinga menjadi tanda adanya kanker karsinoma nasofaring pada anak.

“Jika ada kecurigaan kanker, orangtua segera memastikannya lewat dokter. Kanker yang ditemukan pada stadium awal, akan lebih awal pula pengobatannya,” imbuh Kadir.

 

Sumber: Kompas.com

 

Stop Cancer

Tahun Lalu Ada 3,1 Juta Kasus Kanker yang Terdeteksi

15 Februari 2018

Kementerian Kesehatan mengklaim berhasil mendeteksi 3,1 juta kanker pada wanita sepanjang 2017. Angka itu termasuk sangat tinggi sehingga Kemenkes mendorong pentingnya kepedulian terhadap penyakit kanker.

”Tahun lalu adalah tahun tertinggi [Kemenkes] bisa melakukan deteksi dini kanker payudara dan serviks. Sekitar 3 juta seratus ribu sasaran wanita yang diperiksa,” kata Subuh, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan, dalam keterangan resmi, Rabu (14/2/2018).

Bertepatan dengan Hari Puncak Kanker pada Selasa (13/2), Subuh berharap agar jumlah deteksi dini kanker pada tahun ini bisa lebih bertambah. Semakin terdeteksi sejak awal, gejala kanker yang diderita bisa cepat ditangani.

”Kalau ingin Indonesia mengetahui status kanker, perlu 37 juta pemeriksaan. Kalau 3 juta per tahun bisa 12 tahun lebih untuk mengetahuinya. Ini adalah momen yang paling baik,” tambahnya.

Adapun, Hari Kanker Sedunia 2018 digelar dalam rangkaian acara satu bulan. Surat edaran tentang Peringatan Hari Kanker Sedunia 2018 ke-34 Provinsi pun telah disebar dengan berbagai kegiatan.

Dari rangkaian acara Hari Kanker Sedunia 2018 ini, Subuh mengapresiasi kegiatan training of trainer (ToT) yang dilakukan oleh Komite Penanggulangan Kanker Nasional pada 4-6 Februari 2018. Kegiatan tersebut melibatkan masyarakat agar nantinya dapat dengan sadar melakukan deteksi kanker.

”Satu lagi kegiatan yang sangat baik sekali, dari Komite Penanggulangan Kanker Nasional Indonesia melaksanakan ToT se-nasional dengan sasaran masyarakat awam,” ucap Subuh.

Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menyambut baik peringatan ini. Anis mengajak warga DKI untuk melakukan deteksi dini kanker payudara, serviks, atau kanker mata pada anak-anak.

”Pada peringatan Hari Kanker ini sekaligus mengajak warga DKI terkait deteksi kanker ini. Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di dunia, Indonesia, dan Jakarta,” kata Anies.

 

Sumber: Bisnis.com

Kanker Usus

6 Gejala Kanker Usus yang Harus Diketahui

05 Februari 2018

Kanker usus merupakan jenis kanker yang terbesar yang diidap pria di Indonesia. Sayangnya, tidak semua tahu mengenai gejala penyakit ini.

“Masyarakat mungkin merasa tidak nyaman ketika membicarakan sesuatu yang terjadi pada tubuhnya. Dan, tidak semua orang melakukan skrining, dan banyak yang takut melakukan skrining,” dokter penyakit dalam yang mendalami saluran pencernaan Brigham and Women’s Hospital, Amerika Serikat, Jennifer Inra.

Jangan salah, kanker usus bukan cuma menyerang mereka yang paruh baya saja. Dalam Journal of the National Cancer Institute, ada peningkatan stabil pada angka penderita kanker usus pada orang muda usia 20 sampai 30 tahun.

Berikut enam gejala yang perlu diperhatikan pada saat seseorang terkena kanker usus. Selengkapnya mengutip Today, Senin (5/2/2018).

  1. BAB berdarah

Salah satu tanda peringatan paling umum adalah pendarahan pada rektum seperti disampaikan tenaga medis di bidang onkologi Columbia University Mailman School of Public Health, Alfred Neugut. Bila buang air besar disertai darah, segera konsultasi ke dokter. Darah tersebut bisa berwarna merah terang atau gelap.

“Banyak orang tidak melihat feses usai BAB, padahal penting untuk melihatnya untuk tahu apa yang terjadi pada tubuh,” kata Inra ketika memberi tahu gejala paling sering kanker usus. Konsumsi sayuran untuk cegah kanker dan hidup yang lebih sehat.

  1. Kekurangan zat besi

Ketika terjadi pendarahan pada kanker usus menyebabkan hilangnya zat besi dari tubuh. Itu alasan kenapa penting rajin tes darah untuk mengetahui anemia atau tidak.

  1. Perut nyeri

Kehadiran tumor usus bisa menyebabkan rasa nyeri atau kram atau ketidaknyamanan lainnya pada perut seperti disampaikan Inra. Selain rasa nyeri, bisa juga mengalami mual dan muntah.

  1. Sembelit

Ketika ada masalah pada saluran pencernaan, bakal memengaruhi bentuk feses atau frekuensi BAB. “Jika BAB lebih tipis dari biasanya mungkin ada tumor di usus. Perhatikan juga perubahan lain misalnya sembelit,” kata Inra.

  1. Ingin BAB, tapi tidak bisa

Tanesmus adalah perasaan ingin mengosongkan perut, tapi saat ke belakang tidak ada feses yang dikeluarkan. Bila ini terjadi, kata Inra, bisa saja karena ada tumor di rektum.

  1. Berat badan turun tanpa alasan jelas

Penurunan berat badan selalu menjadi tanda pada kanker usus dan kanker lainnya. Kelihatannya sudah makan banyak, tatapi malah kurus seperti disampaikan National Cancer Institute.

 

Sumber: liputan6.com

 

Hari Kanker

Kanker Bukan Sebuah Akhir

05 Februari 2018

Banyak kemajuan telah dicapai dalam diagnosa dan perawatan kanker. Namun, statistik mengenai hal ini masih sangat mengecewakan. Kanker adalah penyebab utama nomor dua kematian di seluruh dunia, membunuh hampir sembilan juta orang setiap tahun, dengan sekitar 14 juta kasus baru didiagnosa.

Penyebab paling umum kematian terkait kanker adalah kanker paru-paru, hati, usus besar, perut, dan payudara. WHO melaporkan penggunaan tembakau adalah faktor risiko paling penting, diikuti alkohol, diet yang tidak sehat, dan kekurangan kegiatan fisik.

Pejabat WHO bidang pengendalian kanker Andre Ilbawi mengatakan sekitar 70 persen kematian terkait kanker terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, sementara jumlah kasus di negara-negara itu meningkat dalam laju yang cepat dan merisaukan.

Ia menyatakan bahwa ini menyebabkan keprihatinan, tetapi kepada kami ia mengatakan bahwa tindakan-tindakan sederhana dapat dilakukan bahkan di negara yang paling miskin untuk menangani masalah ini.

“Pertama dan paling penting, prioritas utama adalah mendiagnosa kanker secara dini. Ini adalah intervensi yang lebih signifikan daripada kemajuan teknologi dan obat-obatan mahal yang mungkin tidak terjangkau di negara-negara berpenghasilan rendah. Mengidentifikasi kanker secara dini adalah cara paling efektif untuk merawatnya dan dengan memberikan perawatan dasar, kita dapat menyelamatkan sejumlah besar pasien kanker dengan sumber daya yang minimal,” jelas Ilbawi.

Ilbawi menambahkan, tindakan-tindakan penting yang dapat dilakukan negara-negara berkembang mencakup meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kanker, deteksi dini melalui diagnosa yang lebih baik dalam layanan kesehatan primer dan akses ke perawatan yang terjangkau.

Organisasi Kesehatan Sedunia juga menekankan pentingnya gaya hidup yang sehat. Dikatakan, makan lebih banyak sayuran dan buah-buahan, gerak badan secara teratur, tidak menggunakan tembakau dan konsumsi alkohol secara moderat dapat menurunkan risiko kanker sampai sepertiga.

 

Sumber : VOAIndonesia.com

 

Copyrights © 2017 - 2024 Jamu Heritage. All Rights Reserved.