Virus Corona menyebar, bagaimana mencegahnya ?
Virus Corona adalah virus dari familia Coronaviridae yang dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia. namun dalam kasus terbaru virus corona ini dapat menyebar dari manusia ke manusia, tanda-tanda umum infeksi Corona adalah demam, batuk, sesak napas dan kesulitan bernapas. Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan kematian.
Prof Tan Kim Sioe mengatakan cara pencegahan yg paling bagus adalah dengan menjaga imunitas tubuh tetap tinggi, terutama bagian saluran pernafasan atas. Supaya imunitas bagian tersebut tinggi bisa dengan mengkonsumsi herbal sejenis “Sambiloto” (di china dikenal dengan nama Chuan xien lien).
Sambiloto merupakan bahan utama dalam ekstrak herbal Curandro yang dapat membantu anda menjaga imunitas tubuh sehingga dapat menahan berbagai macam jenis macam virus termasuk virus corona.
Kenali Jenis-Jenis Hepatitis, dari Gejala hingga Penularannya dan Obat Herbalnya
30 Jul 2018, 10:30 WIB
Selain hepatitis A, B, dan C, ada juga hepatitis D, E, dan G (yang baru ditemukan).
Penyakit Hepatitis adalah peradangan hati. Penyebab seseorang bisa terkena hepatitis karena adanya virus yang menyerang. Ketika seseorang terjangkit virus dan terkena hepatitis, fungsi hati akan menurun dan berangsur angsur bisa menjadi rusak.
Saat ini ada beberapa jenis hepatitis yang diketahui, yakni hepatitis A, B, C, D, E, dan G. Di antara keenam jenis hepatitis tersebut, kasus yang biasa dialami pasien di seluruh dunia, yakni hepatitis A, B, dan C.
Melansir laman Medicine Net, Jumat (27/7/2018), untuk memahami lebih lanjut, berikut ini adalah jenis-jenis hepatitis.
Hepatitis A (HAV)
Hepatitis A menyumbang sekitar 1.781 infeksi baru per tahun di Amerika Serikat, sesuai data Centers for Disease Control and Prevention terbaru. Hepatitis A dapat menyebar dengan mudah dari orang ke orang seperti infeksi virus lainnya.
Infeksi virus hepatitis A dapat menyebar melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Hepatitis A biasanya mudah menular dalam satu keluarga di satu rumah. Misal, minum air yang sama dengan penderita hepatitis.
Penyebaran infeksi hepatitis A juga bisa dari restoran dan di antara anak-anak jika mencuci tangan tidak bersih. Gejalanya termasuk kelelahan, mual, sakit perut, kehilangan nafsu makan, dan demam ringan.
Hepatitis B (HBV)
Virus hepatitis B bisa ditularkan dari ibu hamil ke bayinya. Berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention tahun 2013, ada lebih dari 19.000 kasus baru infeksi HBV. Ada lebih dari 1.800 orang meninggal setiap tahun karena hepatitis B kronis di Amerika Serikat.
Penularan hepatitis B dapat menyebar melalui darah atau serum (bagian cairan darah) yang mengandung virus. Selain itu, penyakit menular ini dapat menyebar melalui kontak seksual, donor darah, jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi, dan transfusi darah.
Ibu hamil yang positif hepatitis B juga bisa menularkan infeksi kepada bayi. Infeksi juga dapat ditularkan dari tato, tindik, pisau cukur, dan sikat gigi (jika ada kontaminasi dengan darah yang terinfeksi).
Sekitar 6 persen hingga 10 persen pasien dengan hepatitis B mengembangkan hepatitis B kronis. Infeksi ini berlangsung setidaknya enam bulan, bahkan bertahun-tahun.
Pasien dengan infeksi hepatitis B kronis juga berisiko kena sirosis, gagal hati, dan kanker hati. Diperkirakan ada 2,2 juta orang di Amerika Serikat dan 2 miliar orang di seluruh dunia yang menderita hepatitis B kronis.
Gejala hepatitis B berupa mata kuning, sakit perut, dan warna air kencing tak jernih. Pada beberapa orang, terutama anak-anak, tidak mengalami gejala apa pun. Dalam kasus-kasus kronis, penderita bisa mengalami gagal hati, kanker atau jaringan parut dapat terjadi.
Hepatitis C (HCV)
Hepatitis C bisa ditularkan dengan penggunaan jarum suntik.
Centers for Disease Control and Prevention melaporkan, ada sekitar 16.500 kasus hepatitis C baru yang dilaporkan per tahun. Hepatitis C ditularkan dari penggunaan jarum bersama di antara pengguna narkoba, dan transfusi darah.
Penularan virus juga bisa melalui kontak seksual. Diperkirakan 50 persen hingga 70 persen pasien dengan infeksi hepatitis C akut mengalami infeksi kronis. Hal ini bisa berujung sirosis, gagal hati, dan kanker hati. Diperkirakan ada sekitar 3,2 juta orang mengalami hepatitis C kronis di Amerika Serikat.
Kebanyakan orang tidak memiliki gejala hepatitis C. Mereka mungkin mengalami kelelahan, mual, kehilangan nafsu makan, dan mata juga kulit kuning.
Hepatitis D, E, dan G
Seseorang juga bisa kena hepatitis D dan B.
Ada juga jenis hepatitis virus D, E, dan G. Yang paling penting saat ini adalah virus hepatitis D (HDV), yang juga dikenal sebagai virus delta atau agen.
Penularan hepatitis D ditularkan penggunaan jarum bersama di antara pengguna narkoba, darah yang terkontaminasi, dan kontak seksual. Individu yang sudah terinfeksi hepatitis B kronis dapat terkena infeksi hepatitis D pada saat yang sama.
Jika seseorang terinfeksi virus hepatitis D dan hepatitis B secara bersamaan sangat sulit diobati. Gejala hepatitis D berupa sakit perut, mual, dan kelelahan.
Virus hepatitis E (HEV) mirip dengan hepatitis A. Ini terjadi terutama di Asia, yang mana ditularkan air yang terkontaminasi. Beberapa gejala berupa sakit kuning, kurang nafsu makan, dan mual. Dalam kasus yang jarang terjadi, mungkin berkembang menjadi gagal hati akut.
Virus Hepatitis G (HGV, yang juga disebut GBV-C) baru-baru ini ditemukan dan menyerupai hepatitis C. Namun, virus hepatitis G berupa flaviviruses (jenis virus). Saat ini, virus hepatitis G dan dampaknya sedang diselidiki lebih lanjut.
Obat Herbal Untuk Hepatitis
Dari sekian banyak virus-virus dan jenis penyakit hepatitis, jamu heritage memiliki obat yang cocok untuk penderita hepatitis yaitu Curhepar, Curhepar terdiri dari komposisi Oenanthe Javanica (Daun Seladren), Andrographis Paniculata (Daun Sambiloto), Curcuma Zedoaria (Temu Putih), Moringa Oleifera (Daun Kelor), Curcuma Xanthorrhiza (Temulawak) yang dipercaya dari turun temurun bisa menyembuhkan penyakit hati seperti hepatitis ini. Selain itu fungsi curhepar juga sebagai Membantu menjaga metabolisme liver, Membantu memperbaiki kinerja liver, Meningkatkan fungsi detoksifikasi pada liver
Apa itu Difteri ? apa saja Gejalanya ? Mari cek dibawah ini !
Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium. Beberapa gejalanya bila kita terkena difteri adalah sakit 0.tenggorokan, demam, dan terbentuknya lapisan pada amandel dan tenggorokan. Dalam kasus yang sudah lanjut, infeksi dapat menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf. Infeksi kulit juga ditemukan pada beberapa pasien. Racun yang dihasilkan oleh Corynebacterium dapat berbahaya bila tersebar ke bagian tubuh yang lain.
Kasus difteri banyak ditemui di negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana kesadaran akan pentingnya vaksinasi masih rendah. Difteri dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko.
Tanda dan gejala
Walaupun gejala yang paling mudah terlihat adalah pada mulut dan tenggorokan, namun difteri juga dapat dikenali dari beberapa tanda berikut:
- tenggorokan seperti dilapisi selaput tebal keabu-abuan
- radang tenggorokan dan suara menjadi serak
- pembengkakan pada kelenjar leher
- masalah pernapasan dan kesulitan menelan
- hidung berlendir
- demam dan menggigil
- batuk
- perasaan tidak nyaman
- gangguan penglihatan
- bicara yang melantur
- kulit pucat, berkeringat dan jantung berdebar.
Anda harus menghubungi dokter bila gejala di atas muncul setelah Anda atau keluarga melakukan kontak dengan orang yang sudah dinyatakan terkena difteri. Namun, walaupun tidak terjadi kontak, kemungkinan penularan juga dapat terjadi melalui udara atau benda di sekitar kita yang sudah terkontaminasi.
Pemicu difteri
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang dapat terkena difteri, yaitu:
- lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat
- belum mendapat vaksinasi difteri terbaru
- memiliki gangguan sistem imun, seperti AIDS
- memiliki sistem imun lemah
Diagnosa dokter
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa adanya pembengkakan pada kelenjar limfa. Apabila dokter melihat lapisan abu-abu pada tenggorokan dan amandel Anda, dokter dapat menduga Anda memiliki difteri. Dokter juga dapat menanyakan sejarah medis serta gejala yang Anda alami.
Guna pemeriksaan yang lebih pasti, dokter dapat melakukan biopsi terhadap sampel jaringan yang diduga terpapar dan memeriksakannya ke laboratorium. Hasil dari laboratorium ini lah yang kemudian dapat digunakan secara pasti bagi dokter untuk menentukan apakah kita terkenda difteri atau tidak – walaupun memiliki gejala di atas.
Bila kita divonis terpapar diferi, dokter akan segera menangani penyakit ini, karena difteri adalah kondisi yang sangat serius. Pertama, dokter akan memberi suntikan antitoksin, untuk melawan racun yang dihasilkan oleh bakteri.
Pada kondisi tertentu, dokter akan menganjurkan pasien untuk dirawat inap agar dapat diobservasi dengan lebih baik.
Baca Juga : Musim Hujan Tiba Seiring dengan Penyakit Langganan, Apa Saja Penyakitnya Itu ?
Apa yang sebaiknya dilakukan bila terkena difteri?
Berikut adalah yang perlu Anda lakukan saat terkena difteri:
- Istirahat total di rumah dan batasi aktivitas fisik hingga sembuh total.
- Hindari kontak dengan orang lain agar tidak turut menyebarkan difteri. Bila perlu, berlakukan isolasi ketat.
Bila kita mengabaikan penyakit ini, komplikasi dapat terjadi dan tingkat bahaya akan semakin naik. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi? Berikut ini kami paparkan:
- tertutupnya saluran napas oleh selaput
- kerusakan pada otot jantung (miokarditis)
- kerusakan pada saraf (polineuropati)
- kelumpuhan
- infeksi paru (gagal napas atau pneumonia)
Lebih lanjut, difteri dapat merenggut nyawa. Bahkan walaupun telah mendapatkan pengobatan, 1 dari 10 penderita difteri meninggal dunia. Namun, jika tidak segera diobati, jumlah kematian meningkat menjadi 1:2.
Cara terbaik mencegah difteri adalah dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin difteri biasanya diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis), sebanyak lima kali semenjak bayi berusia 2 bulan. Anak harus mendapat vaksinasi DTP lima kali pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun.
Untuk anak usia di atas 7 tahun diberikan vaksinasi Td atau Tdap. Vaksin Td/Tdap akan melindungi terhadap tetanus, difteri, dan pertusis harus diulang setiap 10 tahun sekali. Ini juga termasuk untuk orang dewasa.
Perilaku pencegah Difteri
Walaupun dapat ditangani oleh dokter dan tenaga medis, namun akan jauh lebih baik bila kita berperilaku sehat dan mencegah datangnya difteri. Tidak sulit, beberapa langkah dapat kita lakukan sendiri:
- biasakan mencuci tangan agar segala penyakit dapat dicegah dari benda-benda terpapar yang kita sentuh
- konsumsi makan kaya vitamin dan mineral agar kekebalan tubuh meningkat
- konsumsi makanan dengan kandungan asam lemak. Tidak hanya berperan dalam perkembangan otak, asam lemak juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh
- lakukan imunisasi DPT dan beberapa imunisasi dasar untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk difteri
Sumber: Nationageographic.com
Recent Comments