Sejarah Jamu
Jamu merupakan warisan budaya masyarakat kuno Indonesia. Letak Indonesia yang secara geografis berada di wilayah tropis dipercaya memiliki pengaruh besar terhadap budaya ini. Data artefak terkait dengan pengobatan kuno dapat ditemukan dalam relief Candi Borobudur, yang dibangun sejak abad 8 Masehi. Menurut pakar bahasa Jawa Kuno, istilah jamu muncul pada jaman Jawa Baru, atau sekitar abad 15-16 Masehi. Jamu berasal dari dua kata, Djampi dan Oesodo. Djampi adalah bahasa Jawa Kuno yang berarti doa dan Oesodo berarti kesehatan. Doa dan kesehatan ini terkait dengan cara meracik jamu.
Dalam meracik Jamu, seorang peracik jamu pada masyarakat Indonesia kuno, atau disebut juga Acaraki, harus berdoa, melakukan meditasi serta berpuasa terlebih dahulu untuk dapat merasakan energi positif dari tanaman-tanaman herbal yang ada, lalu mengkombinasikannya untuk mendapatkan efek sinergis yang bermanfaat bagi kesehatan. Berbagai resep ini kemudian dituliskan di daun lontar dan kemudian ditemukan para peneliti sebagai kumpulan buku resep kuno. Penggunaan jamu telah terbukti secara empiris selama ribuan tahun dan budaya ini diwariskan turun temurun dan terus dijaga oleh masyarakat Indonesia hingga sekarang.
Filosofi Jamu
Jamu merupakan formulasi dari beberapa tanaman herbal. Konsep jamu adalah konsep majemuk, yang mana sangat berbeda dengan konsep produk herbal pada umumnya yang menggunakan konsep tunggal seperti yang biasa digunakan pada penerapan di dunia pengobatan kimia modern.
Pada dasarnya, penerapan konsep majemuk pada jamu ini disebabkan karena setiap tanaman herbal memiliki efek positif dan efek negatif bagi tubuh kita dan perlu kita ketahui, tanaman herbal tidak begitu baik jika digunakan secara tunggal. Efek negatif dari satu tanaman herbal itu harus dinetralisir dengan menciptakan formulasi khusus dari beberapa tanaman herbal lainnya, sehingga dapat menimbulkan efek sinergis tanpa menghilangkan khasiat utamanya. Sehingga formulasi herbal ini memiliki khasiat yang optimum terhadap kesehatan tubuh kita.
Filosofi jamu inilah yang selalu dipegang teguh oleh Dr. Paulus serta menjadi dasar dalam penciptaan formula-formula produknya. Secara medis, efek positif jamu dapat diukur melalui energi kinetik yang dihasilkan oleh formulasi dari campuran tanaman obat tersebut.